Sabtu, 21 Juni 2014

Belajar dari Chavez dan Venezuela

Belajar dari Chavez dan Venezuela

Abstraksi

"Sebagai sebuah kawasan dengan potensi kekayaan alam yang melimpah Venezuela telah dilirik oleh negara-negara imperialis, pergumulannya dalam sejarah menyebabkan ia harus mengalami situasi jatuh bangun. Pada akhirnya, bangsa ini tak terhindarkan dari pertarungan ideologi yang saling menegasi antara dua gagasan tak terdamaikan dimana yang satu merupakan anti-tesa bagi yang lain, Neo Liberalisme Vs Sosialisme.



Namun, setelah melalui proses dialektika yang panjang, Vanuzuela telah menemukan jalannya dan berdiri di atas praktek dan teori yang tepat yang tidak hanya menjadi mimpi buruk bagi lawan akan tetapi turut mengantarkannya menuju puncak revolusi. tentu saja fenomena ini merupakan capaian prestisius dimana justeru terjadi di saat bangsa lain berkubang dalam degradasi tak berkesudahan, ia merupakan satu dari segelintir negara yang berani melawan hegemony sekaligus manivestasi konkrit dari kemenangan ploretar yang bangkit dari ketertindasannya."



I. Minyak dan Politik Venezuela



Sejak minyak bumi mulai ditemukan secara komersial oleh Kolonel Edwin L. Drake pada tahun 1859 di Titusville, negara bagian Pensylvania, peran minyak bumi mulai menggeser batubara yang waktu itu masih sebagai sumber energi utama. Sifatnya yang likuid, mudah diangkut dan dipipakan, relatif lebih bersih dari batubara, dan lebih mudah disimpan serta menghasilkan berbagai produk turunan yang serba guna, menjadikan minyak bumi sebagai sumber energi paling strategis dalam tempo relatif singkat. Jantung ekonomi dunia, terutama sektor industri manufaktur yang berkembang pesat kala itu, sejak paruh ke dua abad 19 tersebut dipacu oleh sumber energi hidrokarbon ini.



Ketergantungan ekonomi-industri terhadap energi minyak bumi berlangsung sampai hari ini, baik di negara berkembang maupun negara maju. Bagi negara maju, meskipun minyak hanya menyumbang sebagian kecil GNP mereka, tetapi minyak bumi merupakan faktor utama penggerak roda ekonomi-industri mereka. praktis, minyak bumi bukan saja merupakan komoditas energi, melainkan sudah menjadi komoditas politik dunia.



Venezuela merupakan negara pengekspor minyak dunia terbesar kelima dengan cadangan minyak mentah dunia terbesar kedua bahkan diprediksikan cadangan minyak yang terdapat di perut Venezuela adalah cadangan minyak terbesar di dunia yang belum diekplorasi dan hampir 90% pendapatan pemerintah berasal dari penjualan minyak.sejak minyak ditemukan di negeri ini, proses perkembangan dan pembangunan yang dilaksanakan di Venezuela senantiasa terkait erat dengan dinamika pengelolaan bisnis minyaknya. Tidak mengherankan jika dinamika yang terjadi di sektor ini mempengaruhi sejarah, ekonomi, politik dan budaya bekas jajahan spanyol ini.



Periodeisasi eksplorasi berjalan beriringan dengan politik dalam negeri venezuela itu sendiri, situasi tarik ulur perminyakan internasional disisi lain turut mempengaruhi naik-turunnya perekonomian dimana minyak merupakan sumber penghasilan utama Venezuela, hal ini menyebabkan Venezuela mengalami ketidakpastian nasib sepanjang abad 19 hingga abad 20.

Memasuki abad ke-19, Venezuela berada di bawah kepemimpinan pemerintahan diktator militer. Barulah di abad ke-20 Venezuela memasuki ranah demokrasi borjuis dan pergerakan demokratik mulai memuncak di sekitar tahun 1950-an. Semangat demokrasi borjuis sudah menjalar di Venezuela ketika itu, namun tetap saja korupsi, birokratisasi, pelanggaran HAM tetap mewabah dan sulit untuk dilenyapkan. Hal ini tentu saja berimbas buruk terhadap massa rakyat Venezuela. Mereka hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.



Puncaknya, pukulan telak bagi massa rakyat terjadi pada tahun 1989 ketika presiden Venezuela, Carlos Andres Perez menjalin kerjasama dengan International Monetary Fund (IMF). Kerjasama itu dilakukan dengan dalih memajukan perekonomian Venezuela yang tidak stabil akibat korupsi dan birokratisasi. Sejak itu reformasi ekonomi neoliberal mulai dijalankan. Semua sektor-sektor perekonomian yang tadinya dikendalikan oleh negara mulai diserahkan kepada swasta. Hasilnya, harga-harga naik tak terkendali, sistem kerja kontrak mulai diterapkan, perusahaan-perusahaan asing dibebaskan untuk membawa 100% keuntungan mereka ke negara asalnya, pengangguran mencapai 14%, inflasi mencapai 80,7%, dan lebih dari 80% massa rakyat Venezuela hidup dalam kemiskinan.



II. Hugo Chavez dan kebangkitan Rakyat



Revolusi bukanlah sebuah proses natural yang terjadi dengan hanya berpangku tangan terhadap situasi penindasan yang terjadi. Dalam hal ini, setidaknya ada tiga syarat dimana revolusi sosial menjadi sebuah keniscayaan: situasi yang revolusioner, tokoh yang revolusioner serta basis massa yang revolusioner. Pada paparan di atas cukup menggambarkan betapa Venezuela tengah mengalami keterpurukan dimana mayoritas rakyat harus menanggung penderitaan akibat regulasi pemerintah dan kesalahan sistem yang diterapkan penguasa sebelumnya.



Sementara itu, peristiwa Caracazo memecah kesatuan di dalam angkatan bersenjata. Para tentara yang diperintahkan untuk menembaki rakyat jelata mulai mempertanyakan pemerintahan mereka. Inilah yang menjadi alasan dari kudeta militer yang dilakukan oleh Chavez dan kawan-kawannya di dalam angkatan bersenjata 3 tahun kemudian setelah kerusuhan 1989.

Terinspirasi oleh Simon Bolivar, seorang tokoh pembebasan yang memperjuangkan kemerdekaan Venezuela dari penjajahan Spanyol dan menyatukan Amerika Latin, sebuah kelompok perwira junior yang berpangkat Kapten membentuk Pergerakan Revolusioner Bolivarian 200, atau MBR-200. Kelompok ini terdiri dari Felipe Acosta Carlos, Jesus Urdaneta Hernandez, Rafael Baduel dan Hugo Chavez Frias. Mereka berkomitmen membentuk gerakan revolusioner untuk membebaskan Venezuela dari belenggu penindasan. pada tahun 1992, kelompok ini melakukan percobaan kudeta yang pada akhirnya mengalami kegagalan karena tidak didukung kekuatan cukup sekaligus merupakan sebuah kesalahan bagi Chavez dan kelompoknya. Dari sini, kita dapat melihat bahwa kudeta militer bisa dikatakan sebuah aksi nekad karena tidak melibatkan "restu" rakyat, namun apa yang dilakukan Chavez dengan meminta untuk menyampaikan pesan terhadap rakyat via TV nasional sebelum mendekam di tahanan, telah membuatnya dikenal sebagai sosok pejuang dan berhasil mendapat simpati rakyat di kemudian hari.



Setelah pada tahun 1994 dinyatakan bebas dari tahanan, Chavez bersama MBR-200 mulai bergerak ke pelosok-pelosok negeri untuk menghimpun kekuatan rakyat dengan membentuk komite-komite Bolivarian dan menyerukan pembentukan Majelis Konstituante. Bersama gerakannya, Chavez melakukan program-program yang tersusun secara sistematis untuk mengetahui harapan dan keinginan massa rakyat, serta melakukan kerja-kerja nyata untuk mengubah kondisi. Rangkaian ini direspon antusias oleh massa rakyat, berdasarkan survey pada tahun 1997, 70% rakyat Venezuela menginginkan Chavez untuk maju sebagai kandidat presiden.



Di tahun 1997, MBR-200 memutuskan untuk maju dalam Pemilu 1998. Sebagai kendaraan politik, di tahun yang sama mereka membentuk partai baru yang dinamakan Pergerakan Republik Kelima (Movimiento V [Quinta] República, MVR). Partai ini mengusung ideologi Bolivarianisme, sebuah ide populis pro-rakyat miskin dengan figur Simon Bolivar, sang pembebas Amerika Latin. Dengan mengangkat isu anti kemiskinan dan anti korupsi, Chavez mampu meraih 56% suara dan memenangkan Pemilu 1998. Kemenangan ini disambut dengan suka cita oleh rakyat miskin Venezuela.



III. Chavez: Pemerintahan Revolusioner dan Regulasi Pro Rakyat



Terpilihnya Hugo Chavez Frias pada 6 Desember 1998 telah mengubah lanskap politik Venezuela ke jalur yang benar. Sejak awal Chavez menegaskan bahwa model pembangunan yang akan diterapkan di Venezuela adalah model yang sama sekali bertolak belakang dengan model pembangunan neoliberal yang bertumpu pada kompetisi dan menempatkan massa rakyat sebagai objek pasar.



Selanjutnya, kebijakan Chavez juga mengarah pada pemerataan ekonomi untuk seluruh rakyat Venezuela dan menentang imprealisme negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat. Serta menghapus intervensi dan dikte Amerika Serikat dengan membangun kemandirian nasional pada arah pembangunannya. Dan pada tahun 2004, untuk mempertegas posisinya Chavez mulai menyerukan platform yang ia sebut sebagai model Sosialisme Abad 21 yang intinya menolak tegas sistem kapitalisme dan imperialisme. Setidaknya, ada dua model kebijakan penting yng diambil pemerintahan Chavez dimana kebijakan ini mendorong perubahan signifikan dan pemberdayaan masyarakat sipil:



1. Reformasi Konstitusi



Platform yang diajukan Chavez ini tentu bukan retorika politik semata yang digunakan untuk meraup suara maksimal selama masa pemilihan umum. Namun lebih dari itu, model Sosialisme Abad 21 ini kemudian menghasilkan sebuah konstitusi yang digunakan sebagai rujukan untuk menentukan kebijakan ekonomi politik di berbagai sektor dan konstitusi ini diproses tidak secara elitis yang hanya melibatkan segelintir elit politik saja, namun melalui referendum, pemungutan pendapat rakyat secara nasional. 50% isi dari konstitusi ditulis sendiri oleh rakyat-lewat surat-surat dan jajak pendapat mengenai apa yang dibutuhkan rakyat. Konstitusi ini memenangkan 70% suara dalam referendum, mencakup hak-hak dasar demokratik, sosial dan hak-hak azasi manusia lainnya yang sangat luas diatas batas-batas demokrasi parlementer yang dangkal. Dan yang terpenting konstitusi ini sangat dihargai oleh rakyat karena mereka ikut dilibatkan dalam proses pembuatannya dan konstitusi ini juga secara substansial diabdikan untuk kepentingan rakyat secara menyeluruh. Konstitusi ini diberi nama Konstitusi Republik Bolivarian Kelima.



Untuk menterjemahkan konstitusi ini secara kongkret, pemerintahan Chavez kemudian menjalankan berbagai mission yang merupakan program-program social di berbagai sektor, seperti; Mission Bario Adentro I dan II, yaitu pembangunan sistem kesehatan gratis yang massif, Mission Vuelvan Caras, sebuah program sosial yang memberikan $600 juta kredit bagi petani kecil tak bertanah dan bertanah kecil serta subsidi untuk membeli benih kentang, Mission Mercal, yaitu membuka pasar makanan alternatif untuk rakyat miskin yang jauh lebih murah. Mission Identidad, sebuah program pembuatan tanda identitas (cedullas) gratis bagi mereka yang sudah tinggal di Venezuela 20-30 tahun namun tak memperoleh hak perlindungan sebagai warga Negara, Mission Ribas, sebuah program untuk menyekolahkan orang-orang yang drop out SLTA, Mission Sucre, yaitu program yang memberi beasiswa untuk orang miskin masuk ke Perguruan Tinggi dan secara simultan juga membangun 200 Universitas Simon Bolivar di kota-kota. Dan Mission Ciencia (science), dengan program yang sedang berjalan antara lain: penyediaan perangkat lunak gratis, dan komputerisasi tingkat dasar di seluruh sekolah.



2. Kebijakan di Sektor Industri Minyak



Nampaknya Chavez tahu betul dengan potensi minyak yang terkandung dalam perut bumi Venezuela, hal inilah mengapa perubahan konstitusional sebagaimana dirancang Chavez menjadi signifikan dimana kemudian menjadi landasan dalam pengambilan kebijakan. Sebuah survei geologi yang dirilis oleh Amerika Serikat menyebutkan bahwa cadangan minyak di Orinoco 513 milyar barel. Bahkan estimasi jumlah cadangan minyak ini dianggapmelebihi cadangan minyak yang dimiliki oleh Kanada dan Saudi Arabia. Menurut Chavez, jumlah cadangan minyak yang sebesar itu maka Venezuela tetap akan bisa menyuling minyak hingga 200 tahun kedepan. Fakta ini tentu menggiurkan bagi perusahaan-perusahaan asing sehingga mau tidak mau mereka harus menerima syarat yang diberikan oleh pemerintahan Chavez, minus Exxon Mobil yang kemudian membawa kasus ini ke Royal Court of Justice di London pada pertengahan Maret 2008 yang kemudian dimenangkan oleh PDVSA.



Sejak sistem renegosiasi diberlakukan dan negara mendapatkan keuntungan yang maksimal, PDVSA telah mengalirkan keuntungan tersebut untuk kepentingan masyarakat bawah. Pada tahun 2004, Venezuela mengeluarkan 3.7 dari 6.5 milyar hasil keuntungan minyak untuk misi-misisosial, dan untuk tahun 2005-2012 telah dianggarkan sekitar 10 milyar per tahun. Pada tahun 2007, PDVSA sendiri mengalirkan dana sebesar 14.4 milyar untuk program sosial. Dana yang dialirkan untuk kepentingan sosial ini sangat berpengaruh dalam proses penurunan angka kemiskinan dan ketidakadilan, meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, berkembang pesatnya sektor pendidikan dan upaya memerangi buta huruf, subsidi program pangan bagi masyarakat miskin. Dan yang penting untuk diperhatikan bahwa meskipun keuntungan tetap menjadi priorotas, namun di Venezuela logika "keuntungan" telah mengalami pergeseran makna; keuntungan,kompetisis dan berbagai logika yang dibangun oleh sistem kapitalisme neoliberal telah berganti dengan logika kerjasama dan solidaritas. Dan hal inilah yang begitu membedakan arah kebijakan energi Venezuela dan cita-cita Revolusi Bolivarian dengan prinsip-prinsip tradisional kapitalisme neoliberal dan praktek kebijakan dari Utara. Melalui program seperti PetroCaribe and PetroAmerica, Venezuela menyediakan subsidi minyak bagi negara-negara miskin di kawasan Amerika Latin. Melalui perdagangan minyak, Venezuela juga membangun kerjasama perdagangan yang berbasis pada keadilan; Venezuela "menukarkan" minyak untuk mendapatkan jasa dokter berkualitas dari Kuba, atau untuk kebutuhan pangan dan berbagai kebutuhan lainnya dengan Argentina, Brazil dan Uruguay.



Singkatnya, rentetan kebijakan populis ala Chavez dan seluruh gerak simultan revolusi telah mengantarkan Venezuela pada harga diri dan kemerdekaan sejati, sebuah capaian yang diraih melalui perjuangan panjang serta kaya akan nilai dan layak ditiru oleh dimanapun negara di dunia yang dijadikan objek Neo liberalisme berkedok globalisasi.



Ketua Departemen Research dan Program Garda Suci Merah Putih (www.gardasuci.org)



Daftar Bacaan



http://bapakmaha.blogspot.com/2011/01/renegosiasi-industri-minyak-di.html

http://politik.kompasiana.com/2010/09/22/minyak-dan-as-265636.html

http://p2ip.wordpress.com/2012/02/27/uu-222001-tentang-minyak-dan-gas-bumi/

http://amerikalatin.blogspot.com/2007/12/apa-sesungguhnya-isi-reformasi.html

http://infoindonesia.wordpress.com/2012/10/03/daftar-negara-yang-nasionalisasi-perusahaan-minyak-asing/

http://bapakmaha.blogspot.com/2011/01/renegosiasi-industri-minyak-di.html

By : @HTO17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar